(Keniscayaan Mencinta) - Pe[r]empuanku
Puanku,
Engkaulah alam semesta, engkau sungguh indah bagiku, engkau mampu memberikan warni disetiap keniscayaanku laiknya penyair dengan lihai menciptakan keindahan syair-syairnya, pelukis yang dengan sempurna membuat keindahan dalam lukisannya, dan musisi yang piawai dengan keselarasan instrumen nan lagunya.
Puanku,
Engkau seperti dongeng-dongeng yang selalu
aku tunggu disaat masa kecilku, engkau seperti purnama, sungguh sempurna!.
Puanku,
Engkau layaknya selimut dikala aku kedinginan,
sungguh menghangatkan dalam perkataan, senyuman, perlakuan, dan kehatian engkau
istimewa. Engkau dengan sangat mudah menjadikan pria dewasa layaknya anak-anak,
dengan penuh manja.
Puanku,
Kalau meminjam kata Nizar Qabbani “ASYHADU AN LAA
IMROATA ILLA ANTI”, tiada perempuan yang aku cinta saat ini, yang aku dambakan, yang
aku berikan seutuhnya diri ini kecuali engkau (perempuanku)
Puanku,
Engkau seperti untaian puisi-puisiku
bermakna yang belum pernah tertulis oleh siapapun dan menjadi inti, sedang puan-puan
lain tak ubahnya seperti catatan kaki, ada. Namun, tak pernah aku hiraukan
keberadaannya.
Puanku,
Engkau tak akan percaya jika aku berdiri di
atas batu pun di atas awan dengan membuka semua lembaranku tentang bukti baru
atas kegilaanku. Aku memilih engkau untuk tetap bersemayam dalam tubuhku,
sebagai luka tikaman pun kegembiraan karena mu, yang aku melarang semua orang
merasakannya, selain aku.
Terakhir Puanku,
Aku memohon kepadamu atas dua kemuliaan, kemuliaan mengistimewakanmu dan kemuliaan jatuh hati kepadamu
________
perempuan/pe.rem.pu.an/
n orang (manusia) yg mempunyai vagina,
dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, dan menyusui.
ku
n
bentuk ringkas dari pronomina persona pertama;
Komentar
Posting Komentar