Review Buku DUDUK DULU Karya SYAHID MUHAMMAD




 

“Ayo jadi anak anak yang dewasa”

Kata kata akhir di bagian pertama dibuku duduk dulu, ya kadang memang benar kita dibenturkan oleh beberapa masalah dalam kehidupan, agar kita faham bagaimana sih sejatinya kehidupan, kehidupan yang mengarah pada diri sendiri, memahami kemauan benak dan terturuti, perlunya untuk duduk sejenak yaitu untuk mengetahui bagaimana kemauan diri ini, dengan berbagai asumsi yang ditawarkan salah satunya perihal Rumah, rumah adalah tempat awal kita terbentuk, emosi, senang, susah, sedih, bahagia menjadi pelajaran yang diberikan oleh orang tua kita, merasa cemas kalau tidak bisa mengerjakan PR, merasa terhianati jika kalah sama teman sekelas dsb.

Kita terlalu sering tersakiti oleh isi benak diri sendiri, karena yang seringnya ngelantur akan pemikiran sendiri, tidak mengetahui kemauan diri sendiri, bahkan mengetahui hal yang terkecil dalam diri sendiri pun tak tau, sesederhana belajar bilang tidak mau saat memang tidak mau, bilang tidak bisa saat tidak bisa. lantas yang disalahkan siapa? Budaya yang ditanamkan oleh rumah? Ya atas dasar tidak ada keberanian untuk mempelajari diri sendiri. Terlalu memanjakan diri sendiri dan tidak memanusiakannya. Harusnya bermeditasi tidak menyalahkan diri sendiri sepenuhnya mulai berfikir kalau setiap pelajaran mengenai diri sendiri harus belajar benar-benar. “Mulanya, luka membuatmu sakitt, selanjutnya, luka itu membuatmu tumbuh. Untuk apapun yang telah menimpa kita untuk apa pun yang telah kita perbuat, satu persatu sembuh, yang lain ikut sembuh. (Bagian buku duduk dulu)”

Dan ajak diri ini seperti “ayo belajar beres2 diri. Terimakasih sudah mau tumbuh dan belajar sembuh bersama sama”. Banyak healing yang dituturkan oleh penulis dan membuat presektif akan kekurangan menjadi sebuah kelebihan, ada salah satu kutipan nih dari buku tersebut. “Kau bukan apa yang telah terjadi padamu. Kau adalah apa yang kau lakukan pada apa yang telah terjadi padamu”.

Hal hal yang berkaitan dengan pengolahan kata maupun diksi yang tetap menjadikan pembaca akan bilang dalam hati “wagelasih” tanpa kita sadari akan pentingnya memahami sastra. 

Terima, akui, pelajari dan perbaiki

 Selanjutnya, pendefinisian mengenai penyalahan akan diri sendiri itu merupakan hal yang sangat lumrah, yang tidak lumrah adalah penyalahan diri tanpa disertai alasan yang berrti dan menjadikan stag di suatu kehidupan, apapun alasan yang dapat diartikan atas suatu kesalahan, akan membawaku pada perubahan yang lebih baik/bahagia. Kebahagiaan yang sehat tidak akan melukai, tidak mencuri kebahagiaan milik orang lain, tidak berdiri diatas kebahagiaan orang lain.

Penyalahan akan diri sendiri tentang ketidaksempurnaan merupakan wujud tidak kedewasaan seseorang, ketidak sempurnaan itu bukan  hal yang patut disesali melainkan dipelajari, kadang bukan kita yang berbeda (memikir ketidaksempurnaan), mungkin cuma benak yang belum cocok oleh keadaan. Kejahatan pada diri sendiri adalah mengandaikan sesuatu yang sudah terjadi, bisa terjadi secara berbeda, dan berharap dirimu hari ini akan berubah lebih baik. Kebaikan terbesar pada diri sendiri adalah beranjak dari pengandaian pengandaian itu dan menciptakan perubahan yang nyata. Tidak seharusnya kita terobsesi oleh kesempurnaan milik orang lain, hingga kita lupa bahwa banyak hal yang kita anggap sebagai ketidaksempurnaan dalam dirikita, sebetulnya adalah bahan bakar menuju kesempurnaan yang kau perlukan.

“Tarik Napas, Duduk dulu, Nangisin tidak apa-apa”

Bagian Part Tidak Apa-apa, yang ditunggu tunggu pembaca yang terkumpulkan dengan beberapa statement kemungkinan-kemungkinan yang tidak terfikirkan akan menjadikan luka yang tersembuhkan, merasa kurang dalam diri menjadi sebuah dorongan belajar, memperbaiki dan tumbuh. “ ingat saat matamu kelelahan, benda yang kau lihat tidak begitu jelas dan terbayang. Begitupun saat orang melihatmu “tidak jelas” atau aneh, mungkin mereka sedang punya kelelahan tertentu.”

Analogi tumbuhan, tumbuhan adalah makhluk yang sangat jujur, dia mampu mengekspresikan ketika dia jelek sekalipun dia tampakkan, dia tidak menyukai akan di gugurkan, dia mengetahui porsi kapasitas dirinya, seberapa menampung lebatnya dedaunan, dia menampakkan keindahan dan kejelekannya sekalipun, dia kalau tidak nyaman dan tidak diperlakukan dengan baik akan nampak, temperatur suhu, kadar oksigen dan pemberian Air.

Begitu pula kita harus dapat memahami diri kita laiknya tumbuhan tersebut, jangan takut gugur namanya juga tumbuh. Tidak ada yang namanya bunga tumbuh secara bersamaan, bergantian dan kita harus memahaminya. “Jika kau belajar mencari tahu dan menyadari bagaimana kau terbentuk, selanjutnya kau mampu mengubah kerangka dan membentuk ulang dirimu.”

"peluk dirimu dan berterimakasihlah. Bertepuk tangan, mari rayakan keinginan, untuk hidup. Karena keinginan itu, memerlukan perjuangan yang lama, sebuah pekerjaan hidup. (Syahid Muhammad)".


Komentar

  1. It's a good book, I should read it too. πŸ₯ΊπŸ˜‚

    BalasHapus
  2. Buku sekaligus review-an yang luar biasa❤

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer