(Keniscayaan Mencinta) - F/2.8 [Aperture] Cinta

“Menakjubkan!!!  Lantas ketakjuban apa lagi yang engkau mau palingkan.”

Kala itu, aku menatap mata puan yang belum pernah kutemui, mata yang nampak indah nan berseri, semburat sinar matanya sungguh jernih, mata yang seperti pelangi merepresentasikan warna warni dan kesempurnaan alam ini, membuatku enggan berpaling untuk menikmati.

Setelah aku menatapmu dengan menjauhkan kenastapaan, aku berharap untuk kembali menatap keindahan itu, kejernihan yang telah engkau pancarkan. Sepanjang aku mencarimu dalam setiap sudut ruang, aku sambi untuk memahami perasaanku sendiri, apakah hakikat semua ini adalah cinta.

Aku merasakan cinta, aku sedang eksis didalamnya dan menikmati setiap bentuk kasih dan cintanya, aku juga merasakan kesatuan, sesuai dengan yang diibaratkan Erich Fromm dari bukunya yang berjudul The Art of Loving bahwa ketika dua insan merasakan cinta, dalam diri mereka hanyalah kesatuan, bukanlah suatu keterpisahan.

Aku mengibaratkan diri ini sebagai Lensa Kamera.

Untuk melihat dirinya dari kejauhan aku memakai yang aperture yang lebih kecil, sehingga aku dapat dengan fokus melihatnya setiap detail unsur humanism dalam setiap kesempurnaannya. Begitupun melihat dari jarak dekat aku memilih aperture yang besar, melihat detail dari pancaran keindahan surga, agar tidak mudah menjudge dan mempunyai perspektif penyesuaian. Dalam keadaan apapun, jauh ataupun dekat harus menerapkan aperture maksimum yang sifatnya kedinamisan (F/2.8), agar setiap yang kita lihat lebih banyak tentang perspektif detail kebaikan maupun keburukan.


Komentar

Postingan Populer