(Keniscayaan mencinta) - Do'a diantara Dua Sajak

Kubentangkan keduatanganku selurus dengan dadaku, dan aku mengangkat tanganku tidak lebih atas dari kepalaku seraya aku berisyarat kepada-Nya bahwa aku sungguh sangat mencintainya dengan penuh kebijaksanaan dan penuh kesempurnaan. Setiap untaian sajak aku tuturkan dengan penuh kehati-hatian dan penuh kepasrahan. Sajak yang aku ciptakan layaknya penyair dengan karya syairnya, penulis dengan karya tulisnya, pelukis dengan karya lukisannya, dan kyai dengan segala tutur suci nan lembutnya.

dan Aku bertutur:

“YaAllah jika memang ia adalah wujud dari setiap kebahagiaanku dan setiap kedewasaanku, maka dekatkanlah dengan berbagai untaian kebaikanku dan kedhaifanku, niscaya akan ku penuhi semua dari 2 sajak indah yaitu sajak Do’a [Keistimewaan] dan sajak Cinta” - begitulah setiap kali aku tuturkan dengan penuh kesucian.

الحب دعاء والدعاء حب، فمن دعائك ومن دعائك فقد أبلغ في محبتك

“Do'a itu cinta, dan cinta itu do'a. Maka siapa yang mencintaimu, pasti dia akan mendo'akanmu. Dan siapa yang mendo'akanmu berarti dia telah mencintaimu dengan seutuhnya.” 

Setiap sajaknya selalu aku sucikan dengan untaian Kata harapan, kasih sayang dan cinta. Sajak indah penuh harapan kepada Nya pun sebagai bukti kalau aku sedang mencintainya. Dan aku mengimani qoul yang di syairkan oleh Jalaluddin Rumi “Hanya hati yang dipenuhi dengan cinta yang dapat menjangkau langit tertinggi”. Sungguh aku [m]encintainya dan mencintaiNya. 

Aku tak pernah goyah sedikitpun tentang keutuhan Do’a yang terkikis olehnya, bahkan sebisa mungkin aku akan tetap kokohkan keniscayaan ini dengan 2 sajak yang selalu aku tuturkan penuh kehati-hatian yakni Tutur keistimewaan dan Tutur Cinta. Tutur Keistimewaan merupakan representasi kedekatan aku denganNya dengan penuh kesucian dan kesejukkan dan juga memuliakan keberadaannya. Tutur cinta juga sebagai ejawantahan aku dengannya, yang selalu aku dan ia jaga agar tetap menjadi keutuhan dan kesatuan hati.

Aku bersemayam diatas untaian do’a-do’a yang terpanjatkan setiap kali aku berucap dan mengingat keanggunan wajahnya. Dan aku tidak mau berhenti untuk terus berusaha karena pada dasarnya kalau hanya sajak harapan kepadaNya saja belum bisa menuntaskan keutuhan cintaku kepadanya. I’tikad memuliakan keberadaannya hanya dengan satu macam yakni datang ke rumahnya dan meyakinkan kedua orang tuanya bahwa aku benar-benar mempunyai komitmen serta keikhlasan hidup bersamanya Selamanya.

[Special For My Future Wife - Masning Khumairo]


Komentar

Postingan Populer