Manajemen Diri dalam Menghadapi Tantangan Perubahan

Jaya Roza Azzukhrufi, S.Pd.

Dalam suatu konsepsi dalam suatu bangsa yang paling pasti yaitu “perubahan”. Karena dalam siklus manusia pun juga terjadi perubahan, dari mulai lahir sampai proses menuju kedewasaan.  Sebagaimana diketahui, bahwa era selalu berubah yang turut menuntut perubahan dari kompetensi manusia mulai era industri 1.0 sampai era society 5.0, yang mana hal ini menuntut untuk setiap manusia agar mempunyai inovasi-inovasi dalam hal kehidupan. Mulai dari pengendalian diri, pengelolaan waktu dan mencapai tiga kecerdasan, yakni kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Setiap individu juga harus memiliki mindset yang terbuka akan perubahan, mindset yang adaptive atau growth mindset (pola pikir berkembang). Karena dengan pola pikir yang adaptif atau pola pikir yang berkembang, manusia akan selalu memandang pencapaian sebagai hasil usaha dan hasil belajar, bukan semata-mata karena adanya bakat dan takdir. Manusia dengan pola pikir berkembang memandang dirinya dapat mencapai apa pun sepanjang dia mau berusaha dan belajar. Sikap semacam inilah yang dapat menumbuhkan kemampuan beradaptasi dengan perubahan dan mampu belajar serta mencapai apa pun yang dikehendaki.

Sebuah tantangan perubahan juga mempunyai Analisa dalam setiap menghadapinya. Hal ini sejalan dengan riset World Economic Forum (WEF) 2020, terdapat 10 kemampuan utama yang paling dibutuhkan untuk menghadapi era revolusi industri 4.0 dan menyambut era society 5.0, yaitu: 1) bisa memecahkan masalah yang komplek (Scientific Problem Solving), 2) berpikir kritis, memahami konsepsi kesadaran Freirean, 3) kreatif, orientasinya untuk sebuah pembaruan berbagai tanggapan tantangan, 4) kemampuan memanajemen diri, 5) bisa berkoordinasi dengan orang lain, mampu berkolaborasi, 6) Kecerdasan yang harus seimbang antara intelektual, emosional dan spiritual, 7) kemampuan menilai dan mengambil keputusan, 8) futuristik 9) kemampuan berdiplomasi serta 10) fleksibilitas kognitif.[1]

Seperti yang biasa disebutkan oleh Prof. Dr. KH. Asep Syaifuddin Chalim, MA, Bahwasanya dalam menghadapi segala tantangan dalam kehidupan khususnya dalam ranah Pendidikan adalah budaya ketaqwaan dan budaya keilmuan. ketaqwaan seseorang menjadi fondasi yang paling utama dalam menjalankan proses kehidupan. Selanjutnya keilmuan akan mengikutinya, sebuah kecakapan seseorang dalam menghadapi sebuah tantangan perubahan di lihat bagaimana cara menerapkan konsepsi kehidupan. Hal ini di rangkum menjadi 5C yaitu creativity, critical thinking, communication, collaboration dan character. Yang digaris bawahi sebagai proyeksi manajemen diri yaitu karakter/perilaku seseorang ini. Hal ini yang melatarbelakangi penulis untuk lebih konsen dalam membahas manajemen diri dalam menghadapi sebuah tantangan perubahan serta beberapa hambatan mengenai self management.

Manajemen diri merupakan pengendalian diri terhadap pikiran, ucapan, dan perbuatan yang dilakukan, sehingga mendorong pada pengindraan diri terhadap hal – hal yang tidak baik dan meningkatkan perbuatan baik dan benar. Manajemen diri juga menuju pada konsisten dan keselarasan pikiran. Ucapan dan perbuatan sehingga apa yang dipikirkan,ucapan dan perbuatan sama dan sejalan dengan apa yang diucapkan dan di perbuatkan. manajemen diri adalah mengelola kondisi, implus, dan sumber daya sendiri, sehingga dapat berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu gagasan maupun pulih kembali dari tekanan emosi, manajemen diri merupakan salah satu kunci keberhasilan seseorang agar berprestasi dan sukses.[2] Manajemen diri adalah perilaku siswa yang bertanggung jawab terhadap pengaturan segala perilakunya sendiri.[3]

Self Management Indicator

Manajemen diri secara umum terdiri dari tiga langkah utama, yaitu menentukan tujuan, memonitor dan mengevaluasi kemajuan, dan memberikan penguatan diri. Adapun indikator manajemen diri tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1.        Menentukan tujuan

Setiap orang harus mempunyai tujuan dalam hidupnya, karena dengan adanya tujuan kita mengetahui arah yang harus ditujuh atau dicapai dalam hidup. Dapat dilihat bahwa perilaku seseorang diarahkan kepada tujuan dimasa mendatang yang sudah disusun sendiri. Setiap orang akan bertindak dengan baik dalam kehidupanya sehari-hari apabila ide-ide yang akan dikerjakan sudah disusun menjadi tujuan sehingga tindakan orang tersebut akan lebih mantap dan perjalanan hidupnya lebih berarti. Selanjutnya, di dalam menentukan atau menyusun suatu tujuan diperlukan beberapa hal yang dapat mendukung tercapainya suatu tujuan, meliputi:

a.       Perencanaan

Perencanaan merupakan gambaran apa yang harus dikerjakan untuk mencapai tujuan dan bagaimana cara mengerjakanya.

b.      Persiapan

Persiapan merupakan hal-hal yang dapat menunjang jalannya suatu rencana untuk mencapai tujuan. Suatu rencana tidak akan berhasil tanpa adanya persiapan yang baik.

c.       Fokus dan realistis

Menentukan skala prioritas dalam melakukan sesuatu juga dapat membantu agar kita tetap fokus dan menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak penting. Sebelum bertindak akan lebih baik jika sejak awal saat merumuskan tujuan kita dapat memusatkan pikiran terhadap tujuan yang disusun, berapa banyak tujuan, ketepatan mempresentasikan tujuan, serta tidak asal dalam menentukan kualitas tujuan sehingga memudahkan langkah dalam mencapai tujuan tersebut. Sementara realistis adalah berfikir dengan kemungkinan nyata atau tidak muluk-muluk.

d.      Mengatur Waktu

Mengatur waktu dengan baik berarti mengatur hidup dengan baik dan membuat hidup lebih efisien. Seorang dapat saja telah menyusun dan membagi waktunya.[4]

2.        Monitori diri (Memonitoring Diri)

Memonitor diri atau monitoring diri maksudnya mengobservasi, mengawasi atau mencatat perkembangan dari kegiatan (kinerja) yang dilakukan. Selain itu, disiplin diri merupakan tolak ukur dari setiap Tindakan dalam kehidupan apakah telah berjalan sesuai dengan harapan sesuai dengan harapan. Jadi, secara garis besar didalam monitoring diri terdapat unsur-unsur, seperti:

a.       Tanggung jawab

Tanggung jawab dapat diartikan sebagai kesadaran untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang diberikan. Seseorang dikatakan bertanggung jawab apabila dapat memenuhi komitmen dan mematuhi janji, bertanggung jawab sendiri untuk memperjuangkan tujuan mereka, serta terorganisasi dan cermat dalam bekerja.

b.      Disiplin

Disiplin, yaitu patuh kepada peraturan dan tata tertib yang berlaku. Seseorang dikatakan mempunyai kedisiplinan apabila memenuhi aspek-aspek diantaranya, tepat waktu, mengikuti semua kegiatan, dan tidak melanggar kaidah yang telah ditetapkan.

3.        Mengevaluasi diri

Evaluasi diri penting bagi pelaksanaan kehidupan karena untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang dicapai untuk setiap kegiatan. Evaluasi diri dapat dilakukan sebagai kontrol diri sendiri terhadap keberhasilan dan kegagalan. Mahasiswa juga dapat melihat apakah dirinya sudah cukup berusaha dalam belajar untuk mencapai tujuan, mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada disekitarnya selama proses pembelajaran juga mampu menerima masukan dan informasi serta perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan lingkungan belajarnya. Jadi, secara garis besar didalam evaluasi diri terdapat unsur-unsur, seperti:

a.       Kendali diri

Kendali diri, yaitu kemampuan mengelola emosi dan desakan hati yang merusak. Seseorang dapat dikatakan cakap dalam pengendalian diri apabila mampu mengelola dengan baik perasaan imfulsif dan emosi yang menekan, tetap teguh, tetap positif, dan tidak goyah walaupun dalam situasi yang paling berat, serta berpikir jernih walaupun dalam tekanan.

b.      Sifat dapat dipercaya

Memelihara norma-norma kejujuran dan integritas merupakan bagian dari sifat dapat dipercaya. Seseorang dikatakan memiliki kecakapan dalam sifat dapat dipercaya apabila bertindak menurut etika dan tidak pernah mempermalukan orang, membangun kepercayaan lewat keandalan dan autentisitas, serta menunjukan kejujuran dan integritas.

c.       Adaptabilitas

Adaptabilitas yaitu keluesan dalam menghadapi perubahan. Seseorang dikatakan memiliki adaptabilitas yang baik apabila terampil dalam menangani beragamnya kebutuhan, bergesernya prioritas, dan pesatnya perubahan, siap mengubah tanggapan dan taktik untuk menyesuaikan diri dengan keadaan, serta luwes dalam memandang situasi.

d.      Inovasi

Inovasi yaitu mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan, dan informasi baru. Seseorang dikatakan memiliki inovasi apabila selalu mencari gagasan baru dari berbagai sumber dan menciptakan gagasan sendiri, mendahulukan solusi-solusi yang orisinil dalam pemecahan masalah, serta berani mengubah wawasan dalam mengambil resiko akibat pemikiran baru mereka.

4.        Penguatan diri

Penguatan diri merupakan suatu bentuk penghargaan diri untuk pekerjaan yang dilakukan. Pemberian penghargaan diri untuk pekerjaan yang dilakukan dengan baik akan mengarahkan tercapainya prestasi yang lebih tinggi. Penguatan diri sangat membantu seseorang yang kurang memiliki motivasi berprestasi agar berusaha dan mendorong dirinya sendiri untuk mencapai tujuanya dan meraih kesuksesan. Penguatan diri dapat bersifat positif dan dapat juga bersifat negatif. Penguatan positif terjadi saat seseorang memberikan hadiah kepada dirinya sendiri karena sukses mencapai prestasi atau kinerja yang sudah ditetapkan, sedangkan penguatan negatif terjadi saat seseorang menghukum dirinya karena gagal mencapai prestasi yang diinginkan.[5]

Tantangan dan Hambatan dalam Self-Management

Dalam manajemen diri ada beberapa tantangan yang didapatkan oleh individu, remaja khususnya diantaranya adalah:

1.       mampu untuk hidup mandiri, dapat menentukan diri sendiri kemana dia akan melangkah.

2.       merumuskan bagaimana caranya untuk meraih impian yang ingin kita capai, dan bagaimana untuk mengelola diri dengan baik.

Lingkungan dapat menjadi hambatan bagi remaja dalam mengelola dirinyasendiri. Hambatan tersebut adalah Remaja ketika akan mengelola dirinya sendirisering berorientasi kepada orang lain, bukan karena kemauan sendiri. Seharusnyaremaja mempunyai niat yang tulus dari dalam dirinya untuk mengelola dirinya.

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan diatas, diantaranya:

1.      mampu menerima diri kita apa adanya, baik kelebihan ataupun kekurangan.

2.      melakukan hal yang terbaik, baik untuk diri sendiri, orang lain, lingkungandan Tuhan.

berani untuk bermimpi dan memimpikan sesuatu.


[1] Ellitan, Lena. Bersaing di Era Revolusi Industri 4.0 dan Society 5.0. Jurnal Maksipreneur Manajemen Koperasi dan Entrepreneurship. 10(1):1-12, Edisi Desember 2020

[2] Yoyet,Eva, dkk. Pengaruh Motivasi Belajar Dan Manajemen Diri Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Prodi Administrasi Bisnis. Jurnal Ilmiah Poli Bisnis. Volume 13 No. 1 April 2021.

[3] Hasrita. Pengaruh Kemampuan Mengelola Diri (Self Management) Terhadap Kedisiplinan Belajar Dan Kreativitas Berpikir Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan Uin Alauddin Makassar.

[4] B. Uno, Hamzah. 2013. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara

[5] Taufik dan Kandung Sapto Nugroho. Change or Die?; Bagaimana Mengelola Perubahan dalam Organisasi Tetap Survive Menghadapi Tantangan Global. AL-IJTIMA`I - International Journal of Government and Social Science. Vol. 6, No. 1, Oktober 2020 

Komentar

Postingan Populer