(Keniscayaan mencinta) - Cyber Lover
Biip!!! Biip!!! Biip!!!
Smartphone berdering, dan aku bergegas untuk membukanya, seraya muka diselimuti kebungahan. “udah bangun belum? Udah shubuh nih!”. Aku membalas dengan secepat pengiriman jnt, “oh iyaa, terimakasih ya Ci”,”kamu udah mau berangkat ke musholla?”. Ia menjawab “iya ini aku mau berangkat ke musholla dulu yaa Pi, kamu jangan lupa shubuhan yaa!!”.
Pagi kala itu sangat indah, nampak dunia tersenyum sendu melihatku, angin yang mandamaruta laksana menerawang sebuah hati yang kian ria, suasana alampun tak mau kalah dia menjelma bak bunga yang sedang di lihat sang tuannya. Sungguh indah dunia abu yang telah masuk dalam imaji. Aku meneruskan obrolan keniscayaan bersamanya dengan berbagai macam pilihan kesusastraan stiliska, laiknya paduka raja yang selalu dihormati oleh rakyatnya, tanpa ada unsur paksaan karena kejernihan hati rakyatnya.
Lintangku, sungguh menawan setiap tulisan yang engkau layangkan, tanpa aku mengetahui detail arti abjad tiap katamu dan juga detail perkataan manis pada raut wajah hayumu layaknya puisi pak sapardi dalam buku Melipat Jarak:
“Hanya suara burung yang kau dengar
dan tak pernah kaulihat burung itu
tapi tahu burung itu ada di sana
hanya desir angin yang kaurasa
dan tak pernah kaulihat angin itu
tapi percaya angin itu di sekitarmu
hanya doaku yang bergetar malam ini
dan tak pernah kaulihat siapa aku
tapi yakin aku ada dalam dirimu”
Aku semakin yakin jikalau seseorang itu bisa mencintai tanpa bertemu sebelumnya, menjalani kehidupan virtual layaknya orang pada umumnya, canda tawa yang selalu mengiringi, Duka dan kegetiran pun enggan mendekat dalam setiap obrolan penuh kemanisan. Jika hukum public dan hukum privat itu diciptakan Tujuannya membatasi perilaku manusia dan juga mewujudkan keadilan di dalam kehidupan manusia, agar bisa hati-hati. aku tidak akan menjadikannya sebagai hukum. Aku lebih memilih dan mempercayai bahwa kencangnya sinyal dan teknologi yang mutakhir bisa mendamaikan dan mengadilkan kehidupan tersebut.
Aku selalu menunggu setiap kata yang engkau layangkan setiap harinya, kabar baik pun buruk engkau sajikan dengan kebungahan, keceriaan juga kesetiaan. Sesampainya waktu aku membenci apa itu menunggu. Hal yang paling menyebalkan dalam menunggu adalah aku sedang rindu. Rindu dengan semua keniscayaan cinta yang engkau layangkan lewat virtual.
Semua orang berhak capek atas statement “Belum bertemu ko sudah bisa bilang rindu, bilang cinta” ini menurut aku ada pada esensi kerinduan yang mana mempunyai dalam berdialog dengan kenyamanan, penuh kesetiaan, memitigasi setiap tindakan duka dan luka dalam percintaan, dan membuktikan kalau dunia maya adalah rekaan yang bisa dibuat tanpa memikirkan baik dan buruknya tindakan dalam dunia nyata.
Begitulah siklus kehidupanku ketika aku menjalani dengannya dengan penuh ke abu-abu an.
Jangan lah menyerah, karena menyerah itu sifatnya kekalahan
BalasHapus